Sunday, June 5, 2016

MENINJAU FABRIK DI FINLANDIA



S
etelah pinjaman disetujui, kami langsung buka Letter of Credit di Bank EXIM Kebayoran Baru, Jakarta, yang dipimpinoleh teman saya, sama sama training dikota  Pensylvania, USA.

Selanjutnya kami
bernegosiasi dengan Mr. Dieter Cremer, agen alat berat Stacker merek SISU itu di Indonesia. Warga Jerman ini setuju bahwa dalam harga alat sudah termasuk dua tiket pesawat Jakarta-Helsinki, p.p, dan akomodasi empat hari di Finlandia untuk meninjau fabrik pembuat alat tsb.
Beberapa minggu kemudian saya dan istri terbang dengan pesawat KLM, mendarat di Airport Helsinki, Ibukota Findlandia setelah stop over di bandara Shcipol, Amsterdam, negeri Belanda.
 
S
etelah membeli satu buah bulu binatang halus warna krem di Airport, kami terbang lagi ke arah Utara Findlandia. Pesawat mendarat di Suomi airport dikota Tampere, lokasi pabrik Sisu diutara Helsinki.

Di pabrik Sisu itu ternyata ada beberapa unit yang sedang dirakit, dua diantaranya adalah order kami. Ternyata warga Finlandia tidak hanya piawai sebagai produsen handphone Nokia dan pembalap Formula 1, tetapi juga ahli dalam merakit alat berat Stacker yang bermerk Valmet dan Sisu.
Asal spareparts utama alat itu berasal dari beberapa negara Eropa seperti mesin merek Cummins 200 KW buatan Jerman, transmisi merek Clark seri 3400 buatan Italia, dinamo produksi Finlandia dll.

Semua ini bisa terjadi karena pendidikan warga Finlandia 100% gratis, dibiayai oleh Negara sampai tingkat manapun. Bahkan staf yang mengantar kami jalan darat dari Tampere – Helsinki, Mr.Jakko Heinamaki, bergelar Doktor.

Sebagai penghormatan, contact person saya di Sisu, Mr.Timo Matikainen, Marketting manager, menjamu kami makan malam di restoran tower berputar sambil memandang kota Tampere yang indah diwaktu malam. Sayang udara bulan Augustus sangat dingin, sehingga istri saya memilih tinggal dihotel.

Hanya 3 hari di Tampere kembali lagi Helsinki pada tanggal 16 Augustus 1995, Kami sengaja tidak naik pesawat, tetapi naik mobil perusahaan, disopiri Dr. Jakko. Kami ingin melihat panorama alam sekaligus membuktikan kebenaran bahwa Negeri kecil Finlandia bisa hidup dari hasil hutan dan mampu memberikan kesejahteraan terhadap rakyatnya. Bagaimana dengan Indonesia?
Sepanjang sisi kiri kanan jalan yang mulus nampak hutan menghijau, tidak ada hutan yang botak gersang.

Pada
bulan Desember 1995, beberapa peserta dari pabrik RPP, Riau Pulp & Paper menghadiri seminar tentang kayu di Helsinki.
Keesokan paginya, tanggal 17 Agustus 1995, Dr. Jakko mengajak saya menjadi tamu pada acara perayaan HUT RI ke-50 di Kedubes RI di Helsinki, antri bersama para diplomat lainnya menyalami Dubes  dan Staf di pintu masuk.

Dari kejauhan angin semilir menghembuskan
sayup sayup suara gending, gamelan dari sound system. Ternyata rekaman gending Bali milik Dubes, asli Bali. Saya diperkenalkan dengan Pak Dubes dan Pak Anwar Nasution, sebelum dia menjadi Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia.

Pak Anwar mengajukan pertanyaan yang agak aneh : “Apa Bapak bekerjasama dengan Cendana?” Dengan tegas saya sahuti, “Saya usaha sendiri Pak, tidak kerjasama dengan siapa siapa.” Di kala itu, siapa saja boleh bekerjasama dengan keluarga Cendana.

Setelah standing party usai, saya dan istri tidak langsung terbang ke Jakarta melainkan menghabiskan cuti 12 hari, take-off dari Bandara Helsinki dan stop over di Bandara Stockholm, Swedia dan Bandara Schipol, Amsterdam sebelum landing di LAX airport, Los Angeles berkumpul dengan anak anak yang sedang kuliah.
Kami sempat berlibur sebelum alat berat tersebut tiba dan beroperasi di pelabuhan Tanjungpriok, Jakarta. 

Diposting : Pinondang Situmeang
Email : c2_pin@rocketmail.com


No comments: