Wednesday, July 17, 2013

PENDAHULUAN





Pelabuhan Sibolga

Pada awalnya ada niat menggambar sebuah  struktur Silsilah atau Family tree keluarga, disimpan dalam CD-RW, mulai dari generasi pertama asal muasal marga hingga generasi terakhir, yaitu setelah  cucu laki laki nomor urut 15, Tobias, penerus keturunan  lahir pada tanggal 9 Januari 2006. Materinya sudah sejak lama saya file dari berbagai referensi mulai dari tulisan tangan Bapak saya diselembar kertas bekas kalender, dari adik saya yang ditulis dengan tinta  hitam tebal, diatas sehelai kertas grafik selebar satu meter dan terakhir dari keluarga besar  photo copy lebar berlembar lembar silsilah lengkap, ketiganya saling di cross cek kesasihannya. 

 
Rumah asli di Jl. M.Panggabean, Sibolga

Struktur dengan garis garis dan kotak kotak horizontal dan vertical selesai, lalu saya menuturkan narasi hubungan antar generasi, baik 2-3 level diatas generasi saya  dan juga 2-3 level pada generasi berikutnya. Setelah membacanya, terasa ada kisah yang belum tercover  yang selama ini belum pernah disinggung kepada anak anak, apalagi cucu,  berupa  asal muasal kampung halaman dan keluarga terdekat serta warna warni kehidupan keluarga lainnya..
        
Setelah saya baca ulang, rasanya cukup menarik, bagaimana kalau dilengkapi dengan memory lain yang sering diselipkan dalam percakapan sehari hari. Lagi pula  saya mempunyai  file file, dokumen lama, yang organized tersimpan rapi dalam enam tas kantor hitam sejenis echolac, antara lain berisi  empat buah pasport dengan cap cap imigrasi berbagai Negara, tanggal landing/take off, bekas ticket pesawat, Surat Surat Keputusan dilingkungan BRI, penghargaan, kontrak bisnis, sertifikat dan catatan  berbagai peristiwa penting. 


Sate Padang Sibolga

Pada  akhirnya saya tergoda untuk rewind, memutar kembali dari awal, hingga menjadi Biography ini, hingga merambah mengenai profesi, hobby dan kehidupan rohani dan sosial.
         
Buku ini merupakan reflexy, kisah  warna warni pelangi perjalanan hidup yang positif, agar dapat dipetik buahnya dan sebaliknya, ada juga kisah yang tidak layak untuk diikuti. Dan  untuk menghidupkan nuansa nostalgia, sengaja disortir  beberapa foto untuk  mempertajam plot, alur cerita, yang mereflexykan character saya dan tentu akan  menjadi memori abadi bagi keluarga dan para sahabat tercinta, seperti dikatakan oleh Bud Gadner berikut ini:
”When you speak, your words echo only across the room or down the hall. But when you write, your words echo down the ages”
        
Selama menulis Buku ini batin saya berbisik bahwa saya termasuk orang yang sangat  diberkati dan bersyukur kepada Tuhan telah dikaruniai orang tua yang diberkati sehingga dimampukan membesarkan dan mendidik saya, yang menjadi dasar hidup, sehingga bisa mencapai titik sekarang ini. Apa yang telah mereka perbuat tidak akan mungkin akan saya balas. Hanya Tuhan yang akan membalasnya.

Pendidikan formal dari tingkat dasar hingga Perguruan Tinggi, ditambah training, seminar, kursus di dalam dan di luar negeri menjadi modal pokok dalam meniti karir dan mengelola usaha sendiri, rupanya belumlah mencukupi, jika tidak dibarengi dengan memupuk, memperluas dan mempertahankan hubungan baik dengan Networks mulai dari atasan, rekan sejawat, rekan bisnis dan komunitas lainnya sejak mulai bekerja, bahkan sangat bermanfaat kelak di masa  tua.

Dan berdasarkan pengalaman sendiri, ternyata merintis usaha sendiri sebaiknya dimulai dari skala kecil yang akan bertumbuh seiring berjalannya waktu dan betambahnya pengalaman, dikelola dengan penuh kehati-hatian, sehingga jika terjadi goncangan krisis apapun, usaha tersebut tetap bisa eksis bahkan berkembang.

Dari hasil kerja keras, usaha, pemikiran dan doa, Tuhan melimpahkan berkat kesehatan dan materi kepada keluarga yang sebagian  dimanfaatkan untuk pendidikan anak-anak, investasi, hobby dan wisata ke-13 negara dengan segala dampak positif dan dampak demonstration effect yang menyertainya.


Dan dalam mengarungi samudera kehidupan ini, saya merasa bukan merupakan idol husband dengan segala kekurangan dan kelemahan nya, namun demikian saya  bersyukur, walau termasuk terlambat, sejak usia indah 58 tahun  diperkenankan menjadi aktivis pelayan jemaat/ummat, sebagai anggota Majelis sejak 1 April 2002 di Gereja GKI Kwitang Jakarta.

Akhirnya, terimalah memoria ini sebagai  priceless gift, warisan yang paling berharga  yang kelak akan menjadi kenangan abadi bagi anak, cucu, keluarga dan sahabat.

                       Selamat membaca


No comments: