S ebelum memasuki masa pensiun, diusia 40 tahun adalah saat yang tepat untuk memulai usaha sendiri.Jangan menunggu terlalu lama, karena diusia produktif kita masih fresh banyak ide dan faktor kesehatan masih mendukung.
Usaha baru itu sebaiknya dimulai dari usaha skala kecil sebelum bertumbuh seiring berjalannya waktu. Jika dimulai dari skala besar, jika terjadi krisis ekonomi, usaha tersebut langsung tumbang.
Apa yang saya lakukan salah, memulai usaha dari skala besar dengan pinjaman pula. Datang krisis moneter 1998, usaha saya langsung terjerembab, tidak mampu bangkit lagi seperti kisah berikut ini.
Setelah berbakti kepada bangsa dan Negara melalui dunia Perbankan selama 21 tahun, saya pensiun dini diusia 48 tahun dan mulailah bergumul dan berdoa bahkan sampai retreat, berdoa di vila kami di Green Hill Cipanas, memohon Tuhan menunjukkan jalan kegiatan apa yang berkenan bila nanti memasuki purna bakti/pensiun. Semula dicoba bisnis franchise California Fried Chicken (CFC).
Usaha baru itu sebaiknya dimulai dari usaha skala kecil sebelum bertumbuh seiring berjalannya waktu. Jika dimulai dari skala besar, jika terjadi krisis ekonomi, usaha tersebut langsung tumbang.
Apa yang saya lakukan salah, memulai usaha dari skala besar dengan pinjaman pula. Datang krisis moneter 1998, usaha saya langsung terjerembab, tidak mampu bangkit lagi seperti kisah berikut ini.
Setelah berbakti kepada bangsa dan Negara melalui dunia Perbankan selama 21 tahun, saya pensiun dini diusia 48 tahun dan mulailah bergumul dan berdoa bahkan sampai retreat, berdoa di vila kami di Green Hill Cipanas, memohon Tuhan menunjukkan jalan kegiatan apa yang berkenan bila nanti memasuki purna bakti/pensiun. Semula dicoba bisnis franchise California Fried Chicken (CFC).
Bahkan sudah merencanakan jadwal opening ceremony di outlet Tambun, Bekasi Timur di lokasi prima, di lampu merah pertigaan. Tetapi batal karena timbul masalah antara CFC dengan pemilik bangunan. Deposit senilai Rp 125 juta kembali kepada kami dengan mudah dan utuh.
Perhatian beralih ke usaha lain yang disodorkan oleh Sdr.Sibarani (suami Jojor Pasaribu, adik istri) dan rekannya Sdr. Simamora yang menawarkan usaha rental alat berat, bongkar muat container dengan prospek yang menjanjikan. Sdr. Simamora punya pengalaman yang sama di perusahaan lain. Karena suami adik istri, ya kami percaya informasinya.
Informasi ini kemudian kami survei dengan mengadakan dialog yang intens dengan Direksi PT. Dharma Loka dan PT. Tirta Bahari. Mereka ternyata bersedia menandatangani proforma kontrak dengan usaha kami, sekaligus untuk memperkuat proposal kredit kepersahaan Leasing. Kontrakpun saya siapkan dan ditanda tangani kedua belah fihak.
Bersamaan dengan itu, izin yang
diperlukan oleh otoritas
Pelabuhan Tanjunpriok, kami urus sendiri, seperti Izin operasi dari
Administrator Pelabuhan, SIUP, NPWP dan terutama izin Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN) dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Izin dari BKBM ini diperlukan untuk memperoleh fasilitas bebas Bea masuk impor alat alat berat.
Untuk itu saya menggandeng Abang Junias Situmeang, menemui Sekjen BKPM Bapak Laksamana Pertama TDV Situmeang. Dalam pertemuan pertama dia bergumam : “Sudah lama saya merindukan ada marga Situmeang yang mendapatkan fasilitas PMDN”, katanya sambil menambahkan, “Kalian datang tepat waktu,” katanya sehubungan dia akan segera diganti sebagai Sekjen.
Izin dari BKBM ini diperlukan untuk memperoleh fasilitas bebas Bea masuk impor alat alat berat.
Untuk itu saya menggandeng Abang Junias Situmeang, menemui Sekjen BKPM Bapak Laksamana Pertama TDV Situmeang. Dalam pertemuan pertama dia bergumam : “Sudah lama saya merindukan ada marga Situmeang yang mendapatkan fasilitas PMDN”, katanya sambil menambahkan, “Kalian datang tepat waktu,” katanya sehubungan dia akan segera diganti sebagai Sekjen.
Secara formal saya mengajukan nilai
proposal investasi ke BKPM tidak tanggung tanggung yaitu sebesar US$ 47.000.150 setara dengan Rp
117 miliar. Tetapi
pada tahap pertama, hanya untuk import dua unit Stacker hampir US$.1
juta, tepatnya sebesar US$ 968.000.
Permohonan tsb disetujui oleh Menteri, Ketua BKPM Sanyoto Sastrowardoyo
tanggal 8 Juni 1995 untuk PT. Monang
Brothers Container yang baru saja
berdiri dua bulan sebelumnya, yaitu tanggal 10 April 1995.
Aplikasi
Pinjaman
Setelah semua dokumen legalitas lengkap, maka langkah berikutnya adalah mengajukan aplikasi pinjaman ke Bank atau Leasing company. Mulailah saya dan istri door to door mengetuk pintu kantor Bank dan perusahaan leasing.
Kantor pertama yang kami sambangi adalah Bank Mandiri d/h BDN Cabang Kebon Sirih, Jakarta Pusat pimpinan Bapak Sutopo, rekan saya training Sespi Bank agkatan VIII selama 3 bulan. Sayang tidak ketemu karena sedang dinas keluar.
Sebelum menyambangi kantor lain, saya menelepon seorang teman, direktur SANWA BRI Leasing, Sdr. Wibowo MBA. Dengan nada meyakinkan, di ujung telepon dia mengatakan, “Tidak mungkin toh Pak Situmeang dapat pinjaman, wong perusahaan Bapak kan baru,” katanya dengan logat Jawa medoknya. Lalu dia menambahkan, “Bapak juga tahu aturannya memang begitu,” katanya meyakinkan.
Setelah semua dokumen legalitas lengkap, maka langkah berikutnya adalah mengajukan aplikasi pinjaman ke Bank atau Leasing company. Mulailah saya dan istri door to door mengetuk pintu kantor Bank dan perusahaan leasing.
Kantor pertama yang kami sambangi adalah Bank Mandiri d/h BDN Cabang Kebon Sirih, Jakarta Pusat pimpinan Bapak Sutopo, rekan saya training Sespi Bank agkatan VIII selama 3 bulan. Sayang tidak ketemu karena sedang dinas keluar.
Sebelum menyambangi kantor lain, saya menelepon seorang teman, direktur SANWA BRI Leasing, Sdr. Wibowo MBA. Dengan nada meyakinkan, di ujung telepon dia mengatakan, “Tidak mungkin toh Pak Situmeang dapat pinjaman, wong perusahaan Bapak kan baru,” katanya dengan logat Jawa medoknya. Lalu dia menambahkan, “Bapak juga tahu aturannya memang begitu,” katanya meyakinkan.
Tidak patah arang, dengan tetap
semangat dan nekad, esoknya kami mendatangi Leasing kedua yang berkantor di
gedung Bangkok Bank, depan Bank Indonesia. Sayang sekali perusahaan mereka sedang slow down, belum ada pinjaman baru.
Tanpa lelah dan bertekad bulat, esok harinya perburuan tetap dilanjutkan, ke Jakarta Selatan, menuju kantor PT.EXIM SB Leasing, joint venture antara Bank Exim Indonesia dengan Bank Sumitomo, Jepang, di Summitmas Tower. Nama Leasing dan nama Direkturnya direkomendasikan oleh Bapak Sumarno, teman saya, Direktur Leasing PT.Bringin Indotama Finance, anak perusahaan BRI juga.
Tanpa lelah dan bertekad bulat, esok harinya perburuan tetap dilanjutkan, ke Jakarta Selatan, menuju kantor PT.EXIM SB Leasing, joint venture antara Bank Exim Indonesia dengan Bank Sumitomo, Jepang, di Summitmas Tower. Nama Leasing dan nama Direkturnya direkomendasikan oleh Bapak Sumarno, teman saya, Direktur Leasing PT.Bringin Indotama Finance, anak perusahaan BRI juga.
Di Summitmas
Tower ini kami diterima dengan
hangat oleh Bapak Sugihardjo, Vice President. Setelah memperkenalkan diri
sebagai eksekutif BRI, teman dekat Pak Alit, Kepala Cabang Bank EXIM Kebayoran
Baru dan juga rekomendasi dari Bapak Sumarno, mantan Pejabat tinggi BRI, menambah
kepercayaan siapa kami
sebenarnya. Proposal Leasing pun
kami serahkan.
Hanya dalam hitungan menit, seorang staf Leasing, Sdr. Simon Halim diperkenalkan kepada kami, yang untuk selanjutnya menjadi contact person yang menangani aplikasi kami. Siang itu kami pulang dengan hati berbunga bunga.
Hanya dalam waktu satu bulan setelah proposal Leasing kami serahkan, tepatnya tanggal 8 Mei 1995 kami menerima telpon dari Sdr.Simon Halim dan berkata : “Pak Situmeang, Direksi setuju pinjaman sebesar US$ 968.000 selama tiga tahun,” katanya dengan nada senang.
Ternyata pernyataan Sdr.Wibowo sebelumnya keliru, PT. Monang yang baru seumur jagung, yang baru berdiri tanggal 10 April 1995, ternyata menerima kredit hampir US$.1 juta satu bulan kemudian.
Hanya dalam hitungan menit, seorang staf Leasing, Sdr. Simon Halim diperkenalkan kepada kami, yang untuk selanjutnya menjadi contact person yang menangani aplikasi kami. Siang itu kami pulang dengan hati berbunga bunga.
Hanya dalam waktu satu bulan setelah proposal Leasing kami serahkan, tepatnya tanggal 8 Mei 1995 kami menerima telpon dari Sdr.Simon Halim dan berkata : “Pak Situmeang, Direksi setuju pinjaman sebesar US$ 968.000 selama tiga tahun,” katanya dengan nada senang.
Ternyata pernyataan Sdr.Wibowo sebelumnya keliru, PT. Monang yang baru seumur jagung, yang baru berdiri tanggal 10 April 1995, ternyata menerima kredit hampir US$.1 juta satu bulan kemudian.
Untuk
realisasi pencairan Leasing, semua
anggota manajemen harus tanda tangan kontrak, yaitu saya Dirut, istri dan Vera sebagai
Direktur. Monang yang jadi Komisaris Utama, terpaksa dipanggil pulang
dari pendidikannya di AS.
Dengan muka berseri seri kami berempat teken kontrak dihadapan Notaris, disaksikan Mr. Tsueno Yamanaka, Presdir, Sugihardjo, Vice President, Kosasih Prawiradinata, Direktur dan Sdr. Simon Halim.
Pada saat penanda tanganan kontrak, kami datang dengan pakaian lengkap, istri tampil dengan setelan merah darah tangan panjang dan Vera dengan setelan krem tangan panjang dengan rambut terurai.
Dengan muka berseri seri kami berempat teken kontrak dihadapan Notaris, disaksikan Mr. Tsueno Yamanaka, Presdir, Sugihardjo, Vice President, Kosasih Prawiradinata, Direktur dan Sdr. Simon Halim.
Pada saat penanda tanganan kontrak, kami datang dengan pakaian lengkap, istri tampil dengan setelan merah darah tangan panjang dan Vera dengan setelan krem tangan panjang dengan rambut terurai.
Pada weekend berikutnya, kami mengundang staf Leasing kerumah dan satu
set kunci sedan BMW hitam solid seri 318 keluaran tahun 1990 berpindah tangan kepada Sdr. Simon Halim dengan suka
rela, tanpa diminta. Mobil itu adalah sebagai tanda terima kasih, tanpa
menjanjikan sebelumnya, jadi tidak termasuk kategori gratifikasi. Lagi pula
kami bukan pejabat publik.
Meninjau
Pabrik di Finlandia
Setelah pinjaman disetujui, kami langsung buka Letter of Credit di
Bank EXIM Kebayoran Baru,
Jakarta, yang dipimpinoleh teman saya training di Pensylvania, USA.
Selanjutnya kami bernegosiasi harga dengan Mr. Dieter Cremer, agen Alat berat Sisu itu di Indonesia. Warga Jerman ini setuju bahwa dalam harga alat sudah termasuk dua tiket pesawat Jakarta-Helsinki, p.p, termasuk akomodasi empat hari di Finlandia untuk meninjau fabrik pembuat alat tsb.
Selanjutnya kami bernegosiasi harga dengan Mr. Dieter Cremer, agen Alat berat Sisu itu di Indonesia. Warga Jerman ini setuju bahwa dalam harga alat sudah termasuk dua tiket pesawat Jakarta-Helsinki, p.p, termasuk akomodasi empat hari di Finlandia untuk meninjau fabrik pembuat alat tsb.
Beberapa
minggu kemudian saya dan istri terbang dengan pesawat KLM kami selamat mendarat di Airport
Helsinki, Ibukota Findlandia setelah
stop over di Shcipol,
Amsterdam.
Setelah membeli satu buah bulu binatang halus warna krem di Airport, kami terbang lagi ke arah Utara Findlandia dengan pesawat lokal dan mendarat di Suomi airport dikota Tampere, lokasi pabrik Sisu.
Setelah membeli satu buah bulu binatang halus warna krem di Airport, kami terbang lagi ke arah Utara Findlandia dengan pesawat lokal dan mendarat di Suomi airport dikota Tampere, lokasi pabrik Sisu.
Di pabrik Sisu itu ternyata ada
beberapa unit yang sedang dirakit, dua diantaranya adalah order kami.
Ternyata warga Finlandia tidak hanya piawai sebagai produsen Handphone Nokia dan pembalap
Formula 1, tetapi juga ahli dalam merakit alat berat Stacker yang bermerk Valmet dan Sisu.
Asal spareparts utama alat itu berasal dari beberapa negara Eropa seperti mesin merek Cummins 200 KW buatan Jerman, transmisi merek Clark seri 3400 buatan Italia, dinamo produksi Finlandia dll.
Semua ini bisa terjadi karena pendidikan warga Finlandia 100% gratis, dibiayai oleh Negara sampai tingkat manapun. Bahkan staf yang mengantar kami jalan darat dari Tampere – Helsinki, Jakko Heinamaki, bergelar Doktor.
Sebagai penghormatan kepada kami, contact person
saya di Sisu, Mr.Timo Matikainen, Marketting manager, menjamu kami makan malam di restoran
tower berputar sambil memandang kota Tampere yang indah diwaktu malam. Sayang udara bulan Augustus sangat dingin,
sehingga istri saya memilih tinggal dihotel.
Hanya 3 hari di Tampere kembali lagi Helsinki pada tanggal 16 Augustus 1995, Kami sengaja tidak naik pesawat, tetapi naik mobil perusahaan bertiga dengan Dr. Jakko, ingin melihat panorama alam sekaligus membuktikan kebenaran bahwa Negeri kecil Finlandia bisa hidup dari hasil hutan dan mampu memberikan kesejahteraan terhadap rakyatnya. Bagaimana dengan Indonesia?
Sepanjang sisi kiri kanan jalan yang mulus nampak hutan menghijau, tidak ada hutan yang botak gersang, sebagai bahan baku pabrik kertas.
Pada bulan Desember 1995, beberapa peserta dari pabrik RPP, Riau Pulp & Paper menghadiri seminar tentang kayu di Helsinki.
Keesokan paginya, tanggal 17 Agustus 1995, Dr. Jakko mengajak saya menjadi tamu pada acara perayaan HUT RI ke-50 di Kedubes RI di Helsinki, dengan antri bersama para diplomat lainnya menyalami Dubes dan Staf di pintu masuk.
Dari kejauhan angin semilir menghembuskan sayup sayup suara gending, gamelan dari sound system. Ternyata rekaman gending Bali milik Dubes, asli Bali. Saya diperkenalkan dengan Pak Dubes dan Pak Anwar Nasution, sebelum dia menjadi Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia.
Pak Anwar mengajukan pertanyaan yang agak aneh : “Apa Bapak bekerjasama dengan Cendana?” Dengan tegas saya sahuti, “Saya usaha sendiri Pak, tidak kerjasama dengan siapa siapa.” Di kala itu, siapa saja boleh bekerjasama dengan keluarga Cendana.
Setelah standing party usai, saya dan istri tidak langsung terbang ke Jakarta melainkan menghabiskan cuti 12 hari, take-off dari Bandara Helsinki dan stop over di Bandara Stockholm, Swedia dan Bandara Schipol, Amsterdam sebelum landing di LAX airport, Los Angeles berkumpul dengan anak anak yang sedang kuliah.
Network di
Pelabuhan
Setelah
mulai operasi di pelabuhan Tanjungpriok, banyak teman yang
penasaran dan bertanya :” Bagaimana pak caranya bisa masuk ke
Pelabuhan Tanjung Priok”, kata mereka. Karena ada anggapan bahwa yang masuk kesitu harus bisa menggandeng jenderal atau anak pejabat.
Dengan santai saya menjawab, “Backing kami hanya yang di atas!”, jawab saya serius. Maksudnya bahwa PT. Monang bisa masuk ke wilayah pelabuhan dan sekitarnya, memang betul betul pertolonganNYA, sikap nekad dan bisnis murni. Kami memasarkan sendiri jasa door to door pada perusahaan EMKL, pelayaran, angkutan, container yard, jasa penumpukan kontainer sepanjang Jl. Cakung-Cilincing.
Dengan santai saya menjawab, “Backing kami hanya yang di atas!”, jawab saya serius. Maksudnya bahwa PT. Monang bisa masuk ke wilayah pelabuhan dan sekitarnya, memang betul betul pertolonganNYA, sikap nekad dan bisnis murni. Kami memasarkan sendiri jasa door to door pada perusahaan EMKL, pelayaran, angkutan, container yard, jasa penumpukan kontainer sepanjang Jl. Cakung-Cilincing.
Tidak selang lama beroperasi, network dan pelanggan terus bertambah dari semua kalangan, tentara, pengusaha, para alumni Akademi Pelayaran (yang sering dipanggil Kapten). Mereka dari perusahaan-perusahaan swasta antara lain PT.Pulau Laut, PT.Meratus, PT. Samudera Indonesia, PT.Senawangi, PT.Panca Nusa, PT.Dharma Loka, PT. LSP, PT.Camar Baruna dll.
Sambil mengandalkan order harian dari langganan yang fluktuatif, kami mulai pula menelusuri lobang lobang mencari order tetap ke perusahaan besar yang memiliki Harbour Crane besar seperti PT.Pelindo II, PT.Humpus (milik anak Presiden Soeharto) dan PT.Senawangi (milik anak Wk Presiden Tri Sutrisno).
Untuk maksud tsb kami mengajak dua bersaudara Pak Gurning dan abangnya Capt. Gurning sampai ke rumah Pak Amin Lihu, Kepala Pelabuhan UTPK1 di Semper dan pejabat tinggi di Kantor Pusat dan Kantor Cabang PT. Pelindo II di Tanjungpriok.
Kami
mendapat banyak informasi dan rekomendasi agar mendekati Bapak Nainggolan, Kepala
Bagian di PT.Pelindo II,
kepercayaan atasannya. Setelah saya dan
Pak Nainggolan latihan pukul golf di Ancol, kami diarahkan agar bersedia menjadi Sub Kontraktor Maskapai Pelayaran, PT. Pulau Laut,
Pak Nainggolan latihan pukul golf di Ancol, kami diarahkan agar bersedia menjadi Sub Kontraktor Maskapai Pelayaran, PT. Pulau Laut,
Jabatan Pak Nainggolan ini cepat sekali
bersinar dan menjadi Direktur PT. Pelindo III Surabaya sebelum menjadi Deputi
Menteri BUMN Laksamana Sukardi dari PDIP, di zaman Presiden ke 5 RI, Ibu Megawati Sokarnoputri.
Perbaikan
dan Pemeliharaan
Mengoperasikan Stacker itu relative sangat sulit, karena pengetahuan tehnis saya tidak banyak. Disamping itu, mengingat sifatnya, alat berat ini berkapasitas angkat 40-50 ton kontainer ukuran 40 feet. Sedang bobot Stacker sendiri seberat 60 ton. Oleh sebab itu, pemeliharaan rutin, menjadi prioritas dan salah satu kunci keberhasilan usaha rental ini.
Mengoperasikan Stacker itu relative sangat sulit, karena pengetahuan tehnis saya tidak banyak. Disamping itu, mengingat sifatnya, alat berat ini berkapasitas angkat 40-50 ton kontainer ukuran 40 feet. Sedang bobot Stacker sendiri seberat 60 ton. Oleh sebab itu, pemeliharaan rutin, menjadi prioritas dan salah satu kunci keberhasilan usaha rental ini.
Untuk
mempermudah pemeliharaan, saya berusaha
keras menyusun Buku manual
teknis sederhana dalam bahasa Indonesia untuk trouble
shooting. Buku
ini sangat penting, mengingat dalam kontrak kerja ada pasal tentang “denda” yang harus dibayar per jam, jika terjadi kerusakan alat.
Jadi, perbaikan harus segera diselesaikan, bahkan sebaiknya preventive maintenance dilakukan sesuai dengan jadwal yang ditetapkan dalam Buku Manual pabrik, termasuk penggantian oli mesin, oli gardan, filter oli, sensor dan aspek teknis lainnya.
Jadi, perbaikan harus segera diselesaikan, bahkan sebaiknya preventive maintenance dilakukan sesuai dengan jadwal yang ditetapkan dalam Buku Manual pabrik, termasuk penggantian oli mesin, oli gardan, filter oli, sensor dan aspek teknis lainnya.
Bagaimana repotnya perbaikan dan besar
biayanya dapat digambarkan satu contoh berikut. Jika ban bocor, maka diperlukan
waktu 3-4 jam menambalnya
mulai dari mengangkut dengan truk, membuka pelak dan menambalnya. Bengkelnya
sangat jauh, 6 km di jalan
Bypass Jakarta Timur. Membuka pelak dan ban
setinggi badan manusia itu perlu 3-4 orang. Selama perbaikan sudah kena denda 3 – 4
jam
.
Pernah
kejadian, Stacker dengan bobot 60 ton dan dengan lengan panjang spreader 40 kaki itu, bisa terbalik.
Yang membuat pusing adalah sewa
dua buah crane untuk mengangkatnya tegak
kembali.
Belum lagi bicara biaya spareparts dan ongkos perbaikan yang mahal jika menggantungkan diri pada spareparts dan teknisi Singapura. Beruntung, parts dan bengkel lokal mampu memperbaiki dengan biaya ± 25% dari biaya Singapura.
Penagihan dan Cashflow
Ternyata tekad dan nekad tidak cukup sebagai modal dalam menjalankan usaha sendiri, apalagi yang berskala menengah seperti usaha ini.
Dalam tiga bulan pertama kami menghadapi kesulitan cashflow, karena pembayaran tagihan cenderung lambat, seperti kebiasaan dilingkungan Pelabuhan Tanjung Priok. Difihak lain angsuran bulanan ke perusahaan Leasing tidak boleh terlambat. Mereka tidak bosan menelpon terus, menagih.
Belum lagi bicara biaya spareparts dan ongkos perbaikan yang mahal jika menggantungkan diri pada spareparts dan teknisi Singapura. Beruntung, parts dan bengkel lokal mampu memperbaiki dengan biaya ± 25% dari biaya Singapura.
Penagihan dan Cashflow
Ternyata tekad dan nekad tidak cukup sebagai modal dalam menjalankan usaha sendiri, apalagi yang berskala menengah seperti usaha ini.
Dalam tiga bulan pertama kami menghadapi kesulitan cashflow, karena pembayaran tagihan cenderung lambat, seperti kebiasaan dilingkungan Pelabuhan Tanjung Priok. Difihak lain angsuran bulanan ke perusahaan Leasing tidak boleh terlambat. Mereka tidak bosan menelpon terus, menagih.
Oleh
karena itu, agar kondite,
nama baik tetap terjaga,
kami terpaksa meminjam kredit dari
BRI Cabang Tanjung Priok sebesar Rp 250 juta, sehingga angsuran ke
Leasing untuk tiga bulan pertama @ Rp 75 juta dapat ditepati sesuai jadwal. Beruntung,
Kepala Cabangnya adalah mantan Staf saya dulu di BRI Cabang Kudus, Jawa Tengah.
Sedang
untuk memperlancar penagihan,
saya lakukan sendiri terutama pada perusahaan besar. Untuk menagih jumlah yang
relatif kecil, kadang harus bolak-balik dan
sering hanya janji
janji. Menagih lewat telepon ? Jangan harap, tidak akan efektif. Untung jarak pelabuhan
dengan kantor/rumah kami cukup
dekat.
Pernah terjadi, penagihan terhadap
seorang pengusaha asal Bandung, Ibu Yati, sangat sulit. Membayarpun pakai Bilyet Giro kosong pula. Untuk
mempercepatnya, copy Bilyet Giro tsb kami serahkan kepada Bapak
Agustomo, Kepala Pelabuhan
di UTPK I
.
Betapa kagetnya Ibu Yati melihat copy BG – yang nilainya cukup besar – ada di tangan penguasa pelabuhan itu. Tidak lama kemudian tagihan dilunasi.
Penguasa UTPK I, Bapak Agustomo ini adalah alumni Fakultas Ekonomi UKI Cawang, Jakarta.
Beliau sering main di rumahnya Agus Situmeang, famili dekat kami. Sudah dua kali Agus bersama saya menemui Pak Agustomo untuk memberi informasi bahwa Stacker PT. Monang adalah usaha keluarganya Agus Situmeang.
.
Betapa kagetnya Ibu Yati melihat copy BG – yang nilainya cukup besar – ada di tangan penguasa pelabuhan itu. Tidak lama kemudian tagihan dilunasi.
Penguasa UTPK I, Bapak Agustomo ini adalah alumni Fakultas Ekonomi UKI Cawang, Jakarta.
Beliau sering main di rumahnya Agus Situmeang, famili dekat kami. Sudah dua kali Agus bersama saya menemui Pak Agustomo untuk memberi informasi bahwa Stacker PT. Monang adalah usaha keluarganya Agus Situmeang.
Persaingan
Bisnis
Masuknya PT. Monang dalam bisnis rental stacker ini sebenarnya sangat prospektif karena perusahaan kami merupakan usaha kedua setelah CV. Republik milik Pak Lubis dengan dua unit stacker juga. Namun karena pasar yang kami masuki adalah pasar bebas, maka kami tidak bisa membuat “barrier”, memasang pagar agar pesaing lain jangan masuk. Difihak lain, Perusahaan Leasing sedang menggebu gebu expansi pinjaman untuk pengadaan Stacker baru.
Masuknya PT. Monang dalam bisnis rental stacker ini sebenarnya sangat prospektif karena perusahaan kami merupakan usaha kedua setelah CV. Republik milik Pak Lubis dengan dua unit stacker juga. Namun karena pasar yang kami masuki adalah pasar bebas, maka kami tidak bisa membuat “barrier”, memasang pagar agar pesaing lain jangan masuk. Difihak lain, Perusahaan Leasing sedang menggebu gebu expansi pinjaman untuk pengadaan Stacker baru.
Maka masa bulan madu itupun hanya sekejab. Pada tahun kedua, satu per satu Stacker baru muncul di Pelabuhan. Ada merk Kalmar buatan Jerman, merk
Fantuzzy buatan Italia, merk Valmet dan Sisu buatan Finlandia.
Yang import Stacker tsb adalah perusahaan EMKL, Pelayaran dan Container yard, untuk maksud digunakan sendiri dan tidak untuk disewakan. Dengan demikian berkuranglah order sewa alat milik kami.
Sementara itu, usaha kami, PT. Monang sudah mendapat persetujuan tambahan pinjaman Leasing senilai $ 250.000 untuk satu unit lagi merk Fantuzzy dari PT. United Tractor. Beruntung, pinjaman ini belum sempat kami realisir, tiba tiba terjadi krisis ekonomi medio 1997.
Yang import Stacker tsb adalah perusahaan EMKL, Pelayaran dan Container yard, untuk maksud digunakan sendiri dan tidak untuk disewakan. Dengan demikian berkuranglah order sewa alat milik kami.
Sementara itu, usaha kami, PT. Monang sudah mendapat persetujuan tambahan pinjaman Leasing senilai $ 250.000 untuk satu unit lagi merk Fantuzzy dari PT. United Tractor. Beruntung, pinjaman ini belum sempat kami realisir, tiba tiba terjadi krisis ekonomi medio 1997.
Setelah munculnya Stacker baru tersebut, otomatis pasar penyewaan
kami berkurang, sehingga harus mencoba strategi mencari kontrak
tahunan. Tidak mudah memang, tetapi dengan tekad bulat, jalan panjang berliku, dan berdoa, akhirnya kontrak kerja
diperoleh untu 2 tahun
lamanya. Dengan demikian ada
persaan aman.
Pengawasan Operasi
Dengan semakin ketatnya persaingan, maka pemasukan dan kebocoran harus diawasi secara ketat. Memang salah satu fungsi manajemen adalah kontrol. Kami sebagai pemilik sekaligus pengelola, selalu blusukan, terjun ke lapangan, di terik panas udara laut, angin, hujan atau udara dingin dini hari, pengawasan tanpa mengenal waktu.
Dengan semakin ketatnya persaingan, maka pemasukan dan kebocoran harus diawasi secara ketat. Memang salah satu fungsi manajemen adalah kontrol. Kami sebagai pemilik sekaligus pengelola, selalu blusukan, terjun ke lapangan, di terik panas udara laut, angin, hujan atau udara dingin dini hari, pengawasan tanpa mengenal waktu.
Berbagai cara dilakukan mulai pasang radio walkie talkie, dua unit di stacker,
satu unit di rumah dan satu di mobil komando plus dua unit di tangan dua orang
pengawas lapangan.
Kami tau saat saat yang tepat untuk Sidak. Di suatu Jum’at siang, usai shalat, di belakang stir sedan merah, saya mengudara: “Monang 1, Monang 1, di sini pusat, posisi ada di mana?” Radio baru disahut setelah panggilan kedua.
“Pusat, pusat, di sini Monang 1, posisi di gudang 005, 005, ganti,” jawab Sdr. Safaat, dengan logat Sundanya yang medok, dengan menambahkan: “Monang 1 sedang istirahat di 005, ganti.”
Tanpa dia sadar bahwa kami menyaksikan dia sedang sibuk menaikkan kontainer 20 feet ke atas truck trailer.
Kami tau saat saat yang tepat untuk Sidak. Di suatu Jum’at siang, usai shalat, di belakang stir sedan merah, saya mengudara: “Monang 1, Monang 1, di sini pusat, posisi ada di mana?” Radio baru disahut setelah panggilan kedua.
“Pusat, pusat, di sini Monang 1, posisi di gudang 005, 005, ganti,” jawab Sdr. Safaat, dengan logat Sundanya yang medok, dengan menambahkan: “Monang 1 sedang istirahat di 005, ganti.”
Tanpa dia sadar bahwa kami menyaksikan dia sedang sibuk menaikkan kontainer 20 feet ke atas truck trailer.
Sebagai
alat control, sebenarnya di
Stacker dipasang “counter”, pencatat otomatis setiap box yang
diangkat. Tetapi alat ini tidak disukai oleh operator, tidak mau menggunakannya bahkan merusaknya, karena kuatir akan ketahuan.
Sebagai penggantinya, direkrutlah dua orang sebagai tenaga Pengawas. Tetapi fungsi pengawas ini pun kurang efektif juga, karena mereka mendapat bagian dari tips-tips dan penghasilan tidak resmi lainnya.
Sering terjadi kernek trailer memberikan tips agar dilayani lebih dahulu. Namanya saja tips, tentu tidak masuk kedalam kas perusahaan dan menjadi penghasilan tambahan karyawan.
Sebagai penggantinya, direkrutlah dua orang sebagai tenaga Pengawas. Tetapi fungsi pengawas ini pun kurang efektif juga, karena mereka mendapat bagian dari tips-tips dan penghasilan tidak resmi lainnya.
Sering terjadi kernek trailer memberikan tips agar dilayani lebih dahulu. Namanya saja tips, tentu tidak masuk kedalam kas perusahaan dan menjadi penghasilan tambahan karyawan.
Penghasilan tip karyawan rupanya tidak melulu dari
konsumen, tetapi malah menggerogoti perusahaan, seperti yang kami temukan menjelang dini hari.
Pada jam 02.00 dinihari, kami melakukan SIDAK, inspeksi mendadak ke UTPK I. Disana kami menemukan Stacker Monang.2 sedang dempet di sebelah truk trailer, akan menyedot solar dari tangki untuk dijual.
Tanpa mengenal siapa kami, terdengar si kernet trailer dengan nada perintah meminta: “Lae, tolong isikan tangki mobil kami,” katanya. Seperti disambar geledek, karyawan Monang.2 tidak kalah garangnya menjawab: “Kurang ajar, kau bilang apa?” bentaknya dalam logat Tapanuli yang keras. Tanpa kompromi, tanpa surat tegoran dia langsung diberhentikan besok paginya.
Pada jam 02.00 dinihari, kami melakukan SIDAK, inspeksi mendadak ke UTPK I. Disana kami menemukan Stacker Monang.2 sedang dempet di sebelah truk trailer, akan menyedot solar dari tangki untuk dijual.
Tanpa mengenal siapa kami, terdengar si kernet trailer dengan nada perintah meminta: “Lae, tolong isikan tangki mobil kami,” katanya. Seperti disambar geledek, karyawan Monang.2 tidak kalah garangnya menjawab: “Kurang ajar, kau bilang apa?” bentaknya dalam logat Tapanuli yang keras. Tanpa kompromi, tanpa surat tegoran dia langsung diberhentikan besok paginya.
Klaim
kerusakan US$ 41,650
Pengawas lapangan belum datang di pagi pagi benar, persis hari raya Lebaran, dimana karyawan Muslim sedang mudik, sedang yang Non muslim tetap bekerja seperti biasa melayani kapal kapal yang kejar tayang ingin segera berlayar.
Tiba tiba radio di rumah memanggil-manggil terus: “Pusat, pusat, di sini Monang.2….Monang.2…ada kecelakaan, ganti”, terdengar berulang ulang. Setelah dijelaskan singkat jenis kecelakaannya, tanpa sarapan dan mandi kami meluncur ke pelabuhan.
Pengawas lapangan belum datang di pagi pagi benar, persis hari raya Lebaran, dimana karyawan Muslim sedang mudik, sedang yang Non muslim tetap bekerja seperti biasa melayani kapal kapal yang kejar tayang ingin segera berlayar.
Tiba tiba radio di rumah memanggil-manggil terus: “Pusat, pusat, di sini Monang.2….Monang.2…ada kecelakaan, ganti”, terdengar berulang ulang. Setelah dijelaskan singkat jenis kecelakaannya, tanpa sarapan dan mandi kami meluncur ke pelabuhan.
Pagi itu, Fristo Gurning, teknisi muda itu mengoperasikan
Stacker Monang.2, walau dia
tidak diberi otorisasi untuk itu. Empat locker/kunci yang ada didua spreader (lengan) belum terkunci sempurna
pada saat mau mengambil satu kontainer
di puncak tumpukan di tier/tingkat 5.
Tumpukan teratas kontainer 40 feet itu mulai tergeser dan........ braaakkk langsung jatuh menimpa kontainer di tier 4, 3 sampai ke tumpukan diatas tanah. Kontainer terbawah robek menganga, peot menampakkan isinya…..tekstil. Akibatnya 9 kontainer rusak tersebut batal berangkat ke Hongkong dengan kapal “Leixoes”.
Tumpukan teratas kontainer 40 feet itu mulai tergeser dan........ braaakkk langsung jatuh menimpa kontainer di tier 4, 3 sampai ke tumpukan diatas tanah. Kontainer terbawah robek menganga, peot menampakkan isinya…..tekstil. Akibatnya 9 kontainer rusak tersebut batal berangkat ke Hongkong dengan kapal “Leixoes”.
Urusanpun beralih dari lapangan ke red tape birokrasi, proses panjang korespondensi bolak balik. Surat
claim ganti rugi dimulai dari perusahaan pelayaran, PT. Tresna Muda Sejati yang ditujukan kepada autoritas
pelabuhan, PT. Pelindo II, diteruskan ke main
contractor, PT.Pulau Laut dan berakhir di PT.Monang, pelaku
kecelakaan.
Nilai klaim yang diajukan perusahaan pelayaran (bukan pemilik barang) tidak tanggung-tanggung US$ 41.650 atau sekitar Rp 374.850.000,- (kurs Rp 9.000,-).
Nilai klaim yang diajukan perusahaan pelayaran (bukan pemilik barang) tidak tanggung-tanggung US$ 41.650 atau sekitar Rp 374.850.000,- (kurs Rp 9.000,-).
Memaca
besarnya tuntutan, kami merasa stress berat. Betul juga, indikasi bahwa dipelabuhan banyak
buaya darat yang siap menelan mangsanya. Dalam situasi seperti itu kami terpaksa
mencari bantuan hukum dari seorang pengacara di Kampung Melayu, Bonaran Situmeang,
SH, (pengacara Gubernur Sulteng dan Kepala Bulog).
Setelah membaca dokumen klaim, setengah berteriak dia berkata: “Ompung jangan kuatir, pemilik barang, PT. Sankyong Keris Indonesia ini klien saya”, katanya dengan senyumnya yang menyejukkan hati, Melihat kami terdiam, dia melanjutkan : “Besok saya ke pabriknya di Tangerang,” katanya meyakinkan. Kami dipanggil Ompung/kakek, karena dia Situmeang no.15, saya no.13, sama sama keturunan Ompu Rawar.
Setelah membaca dokumen klaim, setengah berteriak dia berkata: “Ompung jangan kuatir, pemilik barang, PT. Sankyong Keris Indonesia ini klien saya”, katanya dengan senyumnya yang menyejukkan hati, Melihat kami terdiam, dia melanjutkan : “Besok saya ke pabriknya di Tangerang,” katanya meyakinkan. Kami dipanggil Ompung/kakek, karena dia Situmeang no.15, saya no.13, sama sama keturunan Ompu Rawar.
Besoknya, Bonaran berangkat ke pabrik tekstil
itu di Tangerang dan pulang membawa good news sekaligus membingungkan.
Mengapa tidak?. Diujung telpon dia memberitakan : “Pemilik barang tidak mengklaim,
karena mereka sudah mendapat ganti rugi dari asuransi” katanya dengan
meyakinkan. Terima kasih
Bonaran, yang tahun 2013 ini menjabat sebagai Bupati KDH di Kab. Tapanuli
Tengah, Sumatera Utara, yang kemudian masuk penjara karena menyuap Ketua
Mahkamah Konstitusi.
Begitulah kejamnya dunia pelabuhan, lebih kejam dari ibu tiri dan jika tidak hati-hati dan teliti, uangnya bisa masuk ke orang yang tidak berhak.
Begitulah kejamnya dunia pelabuhan, lebih kejam dari ibu tiri dan jika tidak hati-hati dan teliti, uangnya bisa masuk ke orang yang tidak berhak.
Dengan ucapan syukur kepadaNya, esok
hari saya menelepon asuransi,
PT. Alexander Lippo Indonesia,
yang mengcover produk tekstil tersebut.
Staf asuransi yang belum kami kenal, dengan santun menjelaskan bahwa mereka sudah membayar ganti rugi kepada pemilik barang. Saya mohon kalau bisa mengirim fax kepada kami, bukti ganti rugi.
Staf yang baik hati itu langsung mengirim fax, yang satu senilai US$ 33.960 melalui Bank BDNI dan satu lagi senilai US$ 19.356,26 melalui Korean Exchange Bank Danamon.
Staf asuransi yang belum kami kenal, dengan santun menjelaskan bahwa mereka sudah membayar ganti rugi kepada pemilik barang. Saya mohon kalau bisa mengirim fax kepada kami, bukti ganti rugi.
Staf yang baik hati itu langsung mengirim fax, yang satu senilai US$ 33.960 melalui Bank BDNI dan satu lagi senilai US$ 19.356,26 melalui Korean Exchange Bank Danamon.
Kasus ini meninggalkan pembelajaran
yang sangat berharga dan berakhir happy ending, setelah kami menolak membayar
klaim dengan
mengirimkan copy bukti transfer
claim asuransi tersebut di atas
ke PT.Pelindo II.
Dari total claim sebesar US$. 41.650, kami hanya membayar Rp 5 juta untuk mengganti satu unit kontainer 40 feet yang robek berat.
Dari total claim sebesar US$. 41.650, kami hanya membayar Rp 5 juta untuk mengganti satu unit kontainer 40 feet yang robek berat.
Impor Lesu
Sebelum krisis moneter terjadi, tiap hari kami harus ke Bank BII Klp. Gading, karena transaksi masuk-keluar rekening koran relatif cukup aktif dan volumenya relatif cukup besar.
Dalam triwulan I dan II tahun 1986, rata rata transaksi masuk masing-masing Rp 500.752.674,- dan Rp 335.197.975,-. Sedang pemakaian/penarikan mencapai Rp 463.087.212,- di triwulan I dan Rp 319.154.814,- triwulan II.
Sebelum krisis moneter terjadi, tiap hari kami harus ke Bank BII Klp. Gading, karena transaksi masuk-keluar rekening koran relatif cukup aktif dan volumenya relatif cukup besar.
Dalam triwulan I dan II tahun 1986, rata rata transaksi masuk masing-masing Rp 500.752.674,- dan Rp 335.197.975,-. Sedang pemakaian/penarikan mencapai Rp 463.087.212,- di triwulan I dan Rp 319.154.814,- triwulan II.
Karena
seringnya ke Bank BII, disuatu siang,
anak saya Vera sedang antri
di loket, sedang
tantenya, Cherly Pangaribuan, staf Bank AMEX, juga sedang antri dan bertanya:
“Lagi ngapain Ver?” katanya. Vera dengan muka ceria menjawab: “Lagi setor kliring,
Tan,” katanya dengan
senyum khasnya. Lalu tantenya menimpali: “Memang, mamimu
(kakaknya) rezekinya
baik terus,” katanya dengan senyum.
Rekening
kami jarang kami sisakan banyk babyak. Apabila saldo rekening di BII sudah
mencapai Rp 100 juta, tanpa menunggu awal bulan, kami langsung transfer Rp 75
juta sebagai angsuran bulanan ke Leasing, plus beberapa US.$ transfer
untuk biaya sekolah anak-anak di Amerika.
Tetapi sejak kurs dollar melecit hingga $ 15.000/US.$ maka impor barang
dari luar negeri drop sangat
drastis, maka akibat rentetannya,
jumlah kontainer impor yang akan kami
bongkar dari kapal laut drop sangat
drastis juga. Sebaliknya,
pihak leasing tetap tidak mau mengerti dan tetap tidak henti hentinya menelpon melakukan penagihan-penagihan.
Agar
Leasing bisa mengerti situasi ekonomi, khususnya dampaknya kepada usaha kami, pada
suatu hari kami menemui jajaran Direksi leasing, dimana saya
mempresentasikan situasi terakhir kegiatan bongkar-muat impor-ekspor di
Pelabuhan Tanjung Priok. Stopnya angsuran, bukan karena on
will (tidak mau), tetapi karena on macht (tidak mampu), meminjam
istilah dunia perbankan.
Di akhir pertemuan disepakatilah, bahwa satu unit stacker akan ditarik kembali sedang yang satu lagi boleh kami operasikan. Nampaknya Direksi dari pihak Sumitomo, yang warga Jepang penuh pengertian, sedang Direksi dan staf Indonesia kelihatan garang, tidak membantu, mungkin mengambil hati pihak Jepang.
Di akhir pertemuan disepakatilah, bahwa satu unit stacker akan ditarik kembali sedang yang satu lagi boleh kami operasikan. Nampaknya Direksi dari pihak Sumitomo, yang warga Jepang penuh pengertian, sedang Direksi dan staf Indonesia kelihatan garang, tidak membantu, mungkin mengambil hati pihak Jepang.
Setelah
pulang kerumah, berpikir keras
dan berdoa, istri saya
sebagai salah satu Direktur, ingin menyerahkan kembali stacker yang kedua. Mulanya saya ingin mengulur-ulur waktu
sambil menunggu perkembangan situasi ekonomi. Tetapi setelah merenung dalam,
sikap istri saya betul juga, untuk apa menahan satu unit, padahal tidak ada
barang yang mau dibongkar dan harus membayar biaya upah dan biaya tetap
lainnya.
Akhirnya kami bulat tekad untuk menyerahkan kedua-duanya. Setelah menandatangani Berita Acara, yang intinya berisi bahwa dengan penyerahan 2 unit tersebut, sisa pinjaman kami dinyatakan LUNAS 100%.
Akhirnya kami bulat tekad untuk menyerahkan kedua-duanya. Setelah menandatangani Berita Acara, yang intinya berisi bahwa dengan penyerahan 2 unit tersebut, sisa pinjaman kami dinyatakan LUNAS 100%.
Setelah menandatangani Berita Acara
serah terima, pada
suatu siang yang terik, disaksikan para karyawan, dua
Stacker dengan merek MONANG.1 dan MONANG.2 berwarna merah darah itu beringsut pelan-pelan
meninggalkan gudang 005 menuju
kelokasi yang
baru, lokasi milik
leasing.
Dengan mata berkaca kaca kami menyaksikan Ban ban besar itu menggelinding meninggalkan kami, merelakan kepergian kedua alat yang telah mengisi sejarah hidup keluarga kami.
Seandainya jika tidak terjadi krisis ekonomi, pinjaman leasing akan lunas 2 tahun lagi. Sesudah itu penghasilan sebulan RP 100 juta dipotong biaya operasi dan pajak, masih sisa sekitar Rp 5 juta.
Bayangkan !.
Dengan penyerahan kembali 2 unit alat berat tersebut, maka angsuran kami sebesar 36 bulan x Rp 75 juta, hilang lenyap karena krisis moneter.
Dengan mata berkaca kaca kami menyaksikan Ban ban besar itu menggelinding meninggalkan kami, merelakan kepergian kedua alat yang telah mengisi sejarah hidup keluarga kami.
Seandainya jika tidak terjadi krisis ekonomi, pinjaman leasing akan lunas 2 tahun lagi. Sesudah itu penghasilan sebulan RP 100 juta dipotong biaya operasi dan pajak, masih sisa sekitar Rp 5 juta.
Bayangkan !.
Dengan penyerahan kembali 2 unit alat berat tersebut, maka angsuran kami sebesar 36 bulan x Rp 75 juta, hilang lenyap karena krisis moneter.
Berperkara tanpa
Pengacara
Akibat kerugian tersebut diatas, dank arena pemutusan kontrak sefihakkami mengajukan tuntutan kepada Main contractor, PT.Pulau Laut.
Disuatu hari siang yang terik, tanpa angin tanpa hujan, tiba-tiba bak petir di siang bolong, kami menerima surat dari kontraktor utama, PT.Pulau Laut yang mengatakan bahwa kontrak akan diputus.
Akibat kerugian tersebut diatas, dank arena pemutusan kontrak sefihakkami mengajukan tuntutan kepada Main contractor, PT.Pulau Laut.
Disuatu hari siang yang terik, tanpa angin tanpa hujan, tiba-tiba bak petir di siang bolong, kami menerima surat dari kontraktor utama, PT.Pulau Laut yang mengatakan bahwa kontrak akan diputus.
Kami
menyambangi Direksi, dan dengan segala kerendahan hati melakukan negosiasi, memohon agar
kontrak jangan diputus,
tetapi ditinjau ulang. Kami meminta agar kontrak
direvisi, semula
menyewa 2 unit stacker menjadi 1 unit. Tetapi Pak Tomy, Direktur keuangan
bergeming dengan alasan main contract dengan pelabuhan juga dikurangi
dari 3 unit menjadi 1 unit saja.
Kami mengingatkan bahwa kontrak tidak
bisa diputus, kecuali
kami tidak mampu mengoperasikan alat dan mendapat peringatan tertulis tiga kali
berturut-turut.
Namun Pak Tomy berkeras, bergeming, walau kami dengan jelas mengisyaratkan kemungkinan berperkara. Mungkin mengira kami adalah perusahaan kecil, tidak akan melawan. Makanya kita tidak boleh anggap remeh orang lain.
Namun Pak Tomy berkeras, bergeming, walau kami dengan jelas mengisyaratkan kemungkinan berperkara. Mungkin mengira kami adalah perusahaan kecil, tidak akan melawan. Makanya kita tidak boleh anggap remeh orang lain.
Dengan rasa terpaksa hubungan baik
diakhiri dengan perkara di Pengadilan Negeri Jakarta Utara. Di Pengadilan ini kami kalah, walau menggunakan
pengacara terkenal Yan Apul
SH. Kami kalah karena menolak dengan keras permintaan uang dari Ketua Majelis
Hakim, karena kami merasa benar.
Karena
kalah di Pengadilan Negeri, maka Surat kuasa kepada pengacara kami cabut. Lalu
kami naik banding, kali ini tanpa bantuan pengacara, hanya
dibantu advice hukum dari family
kami yang masih muda, Ucok Pasaribu, SH.
Ketua Majelis Hakim Pengadilan Tinggi yang kami temui sebelum sidang mengatakan: “Bapak pasti menang, jika kalah nama saya akan tercoreng di Mahkamah Agung,” katanya percaya diri dengan menambahkan: “Perkaranya sangat sederhana, pihak Tergugat memutus kontrak secara sepihak,” tuturnya.
Benar saja, kami diputus menang di Pengadilan Tinggi tanpa menjanjikan akan memberikan sesuatu kepada hakim. Setelah menang kami memberi sesuatu sebagai ucapan terima kasih, itu persoalan lain. Ternyata masih banyak hakim yang jujur di Negeri ini.
Ketua Majelis Hakim Pengadilan Tinggi yang kami temui sebelum sidang mengatakan: “Bapak pasti menang, jika kalah nama saya akan tercoreng di Mahkamah Agung,” katanya percaya diri dengan menambahkan: “Perkaranya sangat sederhana, pihak Tergugat memutus kontrak secara sepihak,” tuturnya.
Benar saja, kami diputus menang di Pengadilan Tinggi tanpa menjanjikan akan memberikan sesuatu kepada hakim. Setelah menang kami memberi sesuatu sebagai ucapan terima kasih, itu persoalan lain. Ternyata masih banyak hakim yang jujur di Negeri ini.
Kali ini
pihak Tergugat langsung kasasi ke Mahkamah Agung. Di MA, kami belum pernah ketemu dengah Hakim
Agung, tetapi mereka memperkuat putusan Pengadilan Tinggi, kami menang lagi,
walau tanpa pengacara dan tanpa amplop.
Kemenangan formal sebesar Rp 1,2 miliar yaitu
12 bulan @ Rp 100 juta itu tidak segera dapat direalisir menjadi kenyataan.
Diperlukan kesabaran
dan strategi menghadapi Tergugat,
sebuah perusahaan pelayaran besar.
Satu kendala muncul lagi. Kami belum mendapat Surat Keputusan menang dari Mahkamah Agung. Setelah berusaha mendapatkannya dengan menemui Bagian Perdata hingga Direktur Perdata. Hasilnya NOL besar. Akhirnya seorang Satpam menawarkan jasanya untu mendapatkan copy Surat keputusan denganhanya member uang rokok, tanpa diminta.
Anehnya, hanya dengan copy surat keputusan MA, langsung kami serahkan kepada pihak Tergugat. Negosiasi pun dilakukan baik pertemuan langsung maupun melalui telepon. Negosiasi pertama di area pelabuhan. Tergugat menambah dua pengacara lagi disamping bagian hokum perusahaan, sedang kami hanya didampingi family yang masih muda.
Satu kendala muncul lagi. Kami belum mendapat Surat Keputusan menang dari Mahkamah Agung. Setelah berusaha mendapatkannya dengan menemui Bagian Perdata hingga Direktur Perdata. Hasilnya NOL besar. Akhirnya seorang Satpam menawarkan jasanya untu mendapatkan copy Surat keputusan denganhanya member uang rokok, tanpa diminta.
Anehnya, hanya dengan copy surat keputusan MA, langsung kami serahkan kepada pihak Tergugat. Negosiasi pun dilakukan baik pertemuan langsung maupun melalui telepon. Negosiasi pertama di area pelabuhan. Tergugat menambah dua pengacara lagi disamping bagian hokum perusahaan, sedang kami hanya didampingi family yang masih muda.
Negosiasi
kedua dan ketiga di Restoran Hotel Danau Sunter dan Gandys Kelapa Gading.
Karena alotnya negosiasi, saya punya strategy tersendiri untuk mempercepat pembayaran. Saya membawa Surat pengaduan yang sudah kami teken, siap kirim ke Kapolres P3 Tanjung Priok. Isinya menyatakan bahwa Tergugat telah melakukan tindak pidana, menjual Stacker milik mereka (yang sudah diletakkan sita oleh Pengadilan Negeri). Informasi ini saya dapatkan sebelumnya dari network saya di pelabuhan.
Sanksi tindak pidana penjualan barang sitaan ini Direktur Utama bisa dipenjara beberapa tahun. Maka tidak lama setelah pertemuan ketiga ini diperoleh kesepakatan angka ganti rugi Rp 1,2 miliar diturunkan menjadi Rp 1 miliar.
Setelah penandatangan Akte Notaris, penyelesaian tuntutan selesai, transfer
Rp 1 miliar pun dilakukan. Praise the
Lord, case closed. Dengan
penuh senyum kami pulang.
No comments:
Post a Comment